
Bangsa seremoniaL
“Eh, ntar Valentine kamu mau ngasih apa sama si Nijar? ”Nggak tahu ya, masih bingung. Kalau kamu, mau ngasih apa sama si Fawaz?”Aku sih paling cuma ngucapin ‘ich liebe dich’ via SMS. Simple kan?”.”Ia sih simple Cuma ketahuan banget pelitnya, nggak ngemodal.”
Begitulah remaja sekarang berseragam putih abu khususnya, tampak sangat bersemangat membicarakan hari yang menurut mereka tak boleh dilewatkan tanpa kesan mendalam dengan seseorang yang mereka anggap special. Kalau mereka yang umurnya sekitar 15-18 tahunan ingin mempersembahkan sesuatu yang istimewa buat kekasihnya, bagaimana dengan mereka yang sudah menginjak usia dewasa? Tentu sesuatu yang istimewa menurut versi mereka lebih fantastic lagi dan pasti lebih “dewasa”.
Tak dapat dipungkiri, kasih saying dalam terminology mereka adalah ungkapan cinta tanpa batas. Dan Valentine’s day dijadikan momen yang tepat untuk itu. Pada hari itu, sebagian mereka melakukan ‘sex party’, menyerahkan miliknya yang sangat berharga pada sang kekasih sebagai wujud pembuktiancinta dan saying. Bagi mereka, itulah kado eksklusif bagi pasangannya.
Apa , mereka tidak merasa berdosa? Ah, tampaknya dosa tak ada lagi dalam kamus mereka. Malah, kalau disodorkan dua pilihan antara “dosa dan AIDS” sebagai konsekuensi perbuatan moral mereka, mereka pasti lebih memilih mendapatkan dosa darpada AIDS. Ya, pesan agama sepertinya hanya sebatas dongeng sebelum tidur. Masyarakat kita tampaknya lebih takut pada virus HIV daripada neraka.
Nah, untuk menangkal virus amut tersebut, digalakkanlah kondomisasi yang dipelopori Amerika. Maka, semakin merebaklah free sex di planet ini.Slogan “Safe free sex use condom” membuat orang semakin berani berbuat zina. Akibatnya, penderita AIDS makin berlipat karena kenyataanya kondom tidak mampu melindungi seseorang dari virus HIV. Demikian “papar Prof.Dr.dr.Dadang Hawari dalam bukunya, Konsep Islam Menanggulangi HIV/AIDS. Mengapa demikian? Dari hasil penelitian ternyata kondom memiliki pori yang lebih besar daripada virus HIV, belum lagi tingkat kebocoran kondom yang beredar di pasaran mencapai 30%.
Tampaknya, bangsa ini betul-betul telah menjadi bangsa seremonial. Berbagai momen dihiasi dengan upacara yang identik dengan pesta pora. Sampai-sampai Valentine’s Day pun yang tidak jelas juntrungannya dijadikan momen yang begitu dinanti, dihiasi dengan seremoni berupa “ungkapan kasih sayang” yang menjerumuskan manusia ke dalam lembah kenistaan.
Dikutip dari Percikan Iman No.02 Th. V Februari 2004 M/ Dzulhijah 1424 H. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar